Terobosan penanggulangan masalah kegawatdaruratan di bidang kesehatan dengan memberikan pelayanan gratis kepada masyarakat yang membutuhkan penanganan segera belum dimanfaatkan secara maksimal. Sejak dioperasikan Posko PSC (Public Safety Center) yang berada di Dinas Kesehatan Bali, Februari 2004, baru 100 orang warga yang memanfaatkan jasa kegawatdaruratan. Hal ini diprediksi karena keberadaan posko belum banyak dikenal luas di kalangan masyarakat Denpasar.
Hal itu disampaikan Pimpinan Posko PSC dr. Suarjaya yang mendampingi Kasubdin Pelayanan Kesehatan Propinsi Bali dr. Wiartana, saat diterima Redpel Bali Post Wirata, Senin (27/12) kemarin di Denpasar. Menurut Suarjaya, penanganan prahospital menjadi masalah penting yang diperhatikan oleh penderita sebelum pasien gawat darurat dirujuk ke rumah sakit. Sebab, terlambat dalam penanganan pasien gawat darurat, jelas akan berakibat fatal. Artinya setelah mendapat pertolongan segera oleh 20 dokter PTT di Dinas Kesehatan Bali, selanjutnya baru dirujuk ke rumah sakit terdekat. Data terakhir menunjukkan setiap tahun, 500 orang meninggal gara-gara penanganan terlambat. Karena itu, Posko PSC yang operasionalnya dibantu dari APBD Bali itu menangani masalah yang harus segera mendapat pertolongan terkait dengan masalah yang diderita pasien terkait jalan pernapasan, jantung dan pembuluh darah.
Di antaranya step, kejang-kejang, penyakit jantung yang mengancam jiwa manusia. ''Kita siap ditelepon 24 jam melalui pesawat 226914 ext. 118,'' ujarnya sembari menambahkan pihaknya siap melayani melalui mobil keliling dalam radius 25 km selama 24 jam dari posko. Suarjaya menyatakan visi yang hendak diemban dalam penanggulangan kondisi gawat darurat adalah menciptakan rasa aman dan nyaman dalam masyarakat. (029)
Komentar
Posting Komentar