Langsung ke konten utama

Spiritual Accountibility in everyday life, example and spirit of doing it (Spiritual Accountibility di kehidupan sehari-hari, teladan dan semangat melaksakannya)

Spiritual accountability adalah konsep di mana seseorang bertanggung jawab atas hubungan dan pertumbuhan rohaninya. Hal ini mencakup tanggung jawab untuk menjaga hubungan dengan Tuhan, untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan rohani, dan untuk mempraktikkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Spiritual accountability dapat dipraktikkan secara pribadi atau melalui kelompok kecil atau komunitas yang saling memperkuat dan saling mendukung dalam pertumbuhan rohani. Tujuan dari spiritual accountability adalah untuk membantu seseorang mencapai keseimbangan dan keterhubungan dalam kehidupan rohani, serta untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. (1)

Karma adalah konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama Hindu dan agama Buddha dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut “samsara”). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh dan Buddha. Dalam konsep “karma”, semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan disebut karmaphala (2)

Karma dan spiritual accountability memiliki hubungan karena keduanya melibatkan tanggung jawab atas tindakan dan akibatnya. Karma adalah konsep dalam beberapa agama seperti Hinduisme dan Buddhisme yang mengatakan bahwa setiap tindakan akan memiliki konsekuensi atau akibat, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi.

Sementara itu, spiritual accountability melibatkan tanggung jawab atas hubungan dengan Tuhan dan pertumbuhan rohani. Ini berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka yang mempengaruhi hubungan mereka dengan Tuhan, dan juga harus bertanggung jawab atas bagaimana mereka mempraktikkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kedua konsep ini, seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan akibatnya. Oleh karena itu, ada keterkaitan antara karma dan spiritual accountability dalam hal tanggung jawab atas tindakan dan akibatnya.

Ada sebuah kisah tentang seorang guru yang mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada murid-muridnya. Suatu hari, seorang murid bertanya kepada gurunya, "Guru, apakah Tuhan akan mengampuni kesalahan kita jika kita meminta ampun?"

Guru tersebut kemudian memberikan sebuah tugas pada muridnya. Dia memberikan sepotong kain putih dan memberitahu muridnya untuk menggosok-gosok kain tersebut di tanah sampai benar-benar bersih dan putih. Setelah itu, guru tersebut memberikan sebuah botol tinta dan meminta muridnya untuk mencoret-coret kain tersebut dengan tinta. Kemudian, guru tersebut meminta muridnya untuk membersihkan kain tersebut kembali sampai benar-benar bersih dan putih.

Murid tersebut merasa kesulitan untuk membersihkan kain tersebut karena coretan tinta yang sulit dihilangkan. Namun, dia terus berusaha sampai akhirnya kain tersebut benar-benar bersih dan putih seperti semula. Setelah selesai, guru tersebut bertanya kepada muridnya, "Apakah kain tersebut kembali seperti semula?"

Murid tersebut menjawab, "Ya, guru. Kain tersebut kembali bersih dan putih seperti semula."

Guru tersebut kemudian menjelaskan, "Seperti kain tersebut yang dapat dibersihkan dari coretan tinta, demikian juga kita dapat memohon ampunan atas kesalahan kita dan memulai lagi dengan hati yang bersih dan tulus. Namun, seperti kain tersebut yang harus bersusah payah dibersihkan dari coretan tinta, demikian juga kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita dan memperbaiki kesalahan kita dengan kerja keras dan ketulusan hati."

Dalam kisah ini, guru tersebut menunjukkan bahwa spiritual accountability melibatkan tanggung jawab atas tindakan kita dan hasilnya. Meskipun kita dapat memohon ampunan atas kesalahan kita, kita juga harus bertanggung jawab atas tindakan kita dan berusaha untuk memperbaikinya dengan kerja keras dan ketulusan hati.


Salah satu tokoh Indonesia yang dapat menjadi teladan spiritual accountability adalah Bung Karno atau Ir. Soekarno, yang juga dikenal sebagai Proklamator Kemerdekaan Indonesia dan Presiden Pertama RI.

Selama hidupnya, Bung Karno selalu menunjukkan sikap tanggung jawab dan kepemimpinan yang kuat dalam memimpin bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan kemajuan. Dia juga selalu menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan, seperti kejujuran, keberanian, dan cinta tanah air.

Bung Karno juga terkenal dengan pidatonya yang inspiratif dan penuh semangat, yang menginspirasi banyak orang untuk bertindak dan berjuang demi masa depan yang lebih baik. Dia juga memiliki visi yang jelas tentang arah perjuangan bangsa Indonesia, dan selalu berusaha untuk memimpin dengan teladan dan integritas yang tinggi.

Dalam hal spiritual accountability, Bung Karno juga menunjukkan tanggung jawabnya dalam mempertahankan hubungannya dengan Tuhan. Dia sering mengutip ayat-ayat Al-Quran dan mengajak rakyatnya untuk memperdalam pemahaman agama dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

Dalam hal ini, Bung Karno dapat menjadi teladan spiritual accountability bagi banyak orang, terutama para pemimpin dan tokoh masyarakat, untuk selalu bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka, dan selalu memperkuat hubungan dengan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan mereka.


Butch O'Hare adalah seorang penerbang Amerika Serikat yang terkenal pada masa Perang Dunia II. Ia dikenal sebagai pahlawan karena berhasil melakukan aksi heroik dalam pertempuran melawan pasukan Jepang di Samudra Pasifik. Selama bertugas, O'Hare menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap tugasnya sebagai penerbang dan juga nilai-nilai spiritual yang diyakininya.

Salah satu kisah terkenal yang terkait dengan spiritual accountability Butch O'Hare adalah ketika ia terbang dengan pesawat tempur Grumman F4F Wildcat pada tahun 1942. Saat itu, O'Hare dan skuadronnya sedang dalam misi melindungi kapal induk Amerika Serikat dari serangan pasukan Jepang. Namun, tiba-tiba O'Hare menyadari bahwa senjata mesinnya tidak berfungsi dengan baik dan ia tidak dapat menembakkan peluru.

Namun, O'Hare tidak putus asa dan merasa bahwa ia harus tetap melakukan yang terbaik untuk melindungi kapal induk dan rekan-rekannya. Ia mengambil keputusan untuk melawan pasukan Jepang dengan cara yang tidak konvensional, yaitu dengan menabrakan pesawatnya ke pesawat Jepang dan meledakkan dirinya bersama pesawat Jepang tersebut.

Aksi heroik Butch O'Hare tersebut berhasil menghentikan serangan pasukan Jepang dan melindungi kapal induk serta skuadronnya. Aksi tersebut juga membuat O'Hare meraih penghargaan Medal of Honor, penghargaan tertinggi bagi para prajurit Amerika Serikat yang melakukan tindakan heroik dalam tugasnya.

Kisah Butch O'Hare menunjukkan bagaimana nilai-nilai spiritual seperti keberanian, ketekunan, dan komitmen dapat membantu seseorang dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Meskipun O'Hare harus mengorbankan nyawanya dalam aksi heroik tersebut, ia tetap memilih untuk mengambil tindakan yang ia anggap benar dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Hal ini menunjukkan bagaimana spiritual accountability dapat memotivasi seseorang untuk melakukan yang terbaik dan memberikan dampak positif bagi orang lain.

Beberapa nilai-nilai teladan yang dapat kita ambil dari spiritual accountability adalah sebagai berikut:

1.     Tanggung jawab: Kita harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan kita, serta mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi. Ini berarti bahwa kita harus selalu berusaha untuk memperbaiki kesalahan kita dengan kerja keras dan ketulusan hati.

2.     Keterhubungan dengan Tuhan: Spiritual accountability juga menekankan pentingnya hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus selalu berusaha untuk memperdalam pemahaman agama dan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya, serta memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita.

3.     Integritas: Spiritual accountability juga melibatkan integritas dan kejujuran dalam tindakan dan keputusan kita. Kita harus selalu berusaha untuk bertindak dengan jujur dan adil, serta mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan orang lain.

4.     Kepemimpinan: Seperti yang ditunjukkan oleh Bung Karno, spiritual accountability juga melibatkan kepemimpinan yang kuat dan teladan dalam memimpin orang lain menuju tujuan yang baik. Kita harus selalu berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik dan menginspirasi orang lain dengan sikap dan tindakan kita.

5.      Semangat dan optimisme: Spiritual accountability juga melibatkan semangat dan optimisme dalam menghadapi tantangan hidup. Kita harus selalu berusaha untuk tetap positif dan bersemangat dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, serta tidak mudah menyerah dalam menggapai cita-cita kita.

Berikut adalah beberapa kunci sukses dalam melaksanakan nilai-nilai spiritual accountability di era new normal dalam kehidupan dunia kerja:

1.     Fleksibilitas: Di era new normal, fleksibilitas dalam bekerja sangat diperlukan. Kita harus dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah, serta mampu mengatasi tantangan dan kesulitan dengan cepat dan efektif.

2.     Kolaborasi: Kerja sama tim yang efektif merupakan kunci sukses dalam dunia kerja saat ini. Kita harus dapat bekerja sama dengan rekan kerja dan menghargai kontribusi mereka, serta saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.

3.     Keterampilan digital: Keterampilan digital sangat penting dalam era new normal, karena banyak pekerjaan yang dilakukan secara daring atau online. Kita harus dapat menggunakan teknologi dengan efektif dan mengembangkan keterampilan digital yang diperlukan untuk bekerja.

4.     Kreativitas: Dalam era new normal, kreativitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Kita harus dapat berpikir kreatif dalam mencari solusi dan inovasi baru, serta menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.

5.     Etos kerja: Etos kerja yang baik sangat penting dalam dunia kerja saat ini. Kita harus dapat bekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab atas tugas dan tanggung jawab kita, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas kita.

Dengan menerapkan nilai-nilai spiritual accountability di atas, kita dapat menjadi pekerja yang sukses dan berkontribusi positif bagi perusahaan dan masyarakat.

Beberapa contoh pengusaha sukses dengan spiritual accountability antara lain:

1.     Hamdi Ulukaya, pendiri dan CEO Chobani Yogurt. Ia mengimplementasikan nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, kepedulian, dan kerendahan hati dalam bisnisnya.

2.     John Mackey, pendiri dan CEO Whole Foods Market. Ia memadukan prinsip-prinsip spiritual seperti kepedulian lingkungan, keadilan sosial, dan keseimbangan dalam bisnisnya.

3.     Blake Mycoskie, pendiri TOMS Shoes. Ia menggunakan bisnisnya untuk mempromosikan nilai-nilai spiritual seperti kepedulian dan memberikan kesempatan kepada orang yang membutuhkan.

4.     Anita Roddick, pendiri The Body Shop. Ia memadukan misi sosial dan prinsip-prinsip spiritual dalam bisnisnya, seperti kepedulian terhadap lingkungan dan keadilan sosial.

Semua pengusaha di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai spiritual dapat membantu memperkuat bisnis mereka dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kesimpulan yang memberikan semangat untuk melaksanakan spiritual accountability adalah bahwa integrasi nilai-nilai spiritual dalam bisnis dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik, baik bagi perusahaan itu sendiri, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Hal ini terbukti dari kesuksesan beberapa pengusaha yang berhasil mengimplementasikan nilai-nilai spiritual dalam bisnisnya. Selain itu, spiritual accountability juga dapat memberikan arti dan tujuan yang lebih dalam dalam menjalankan bisnis, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan kita sebagai individu. Oleh karena itu, melaksanakan spiritual accountability bukan hanya membantu keberhasilan bisnis, tetapi juga memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

                                                                                                                   Agus Putu Agung

References

1. Savitri, Tania. Agar Hidup Lebih Bermakna, Asah Kecerdasan Spiritual Dalam Diri Anda. hello sehat. [Online] Kementrian Kesehatan Reoublik Indonesia, Maret 4, 2021. https://hellosehat.com/mental/kecerdasan-spiritual/.

2. Karma. Wikipedia. [Online] Agustus 8, 2022. https://id.wikipedia.org/wiki/Karma.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ambulan P3K di Upacara Hari Pahlawan di Lapangan Renon Pagi Ini Kewalahan Karena Banyak Yang Pingsan

Pingsan saat upacara bendera merupakan suatu hal yang sering terjadi, terutama pada upacara yang dilaksanakan di lapangan terbuka seperti di Lapangan Renon Bali. Selain karena faktor cuaca, pingsan juga dapat disebabkan oleh kondisi kesehatan peserta yang kurang fit, dan kurangnya persiapan dari panitia upacara. Salah satu persiapan yang dapat dilakukan oleh panitia upacara adalah mempersiapkan tenda emergency dan staf medis yang cukup di lapangan. Hal ini sangat penting untuk menjaga keselamatan peserta upacara, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang tidak stabil. Tenda emergency dapat digunakan sebagai tempat pertolongan pertama bagi peserta upacara yang mengalami pusing, lemas, maupun pingsan. Personal medis seperti dokter dan perawat yang dapat memberikan pertolongan pertama pun dapat disiapkan oleh panitia upacara, yang merupakan hal tersendiri. Selain itu, panitia upacara juga harus memastikan bahwa stok air minum yang cukup tersedia di lapangan. Te

Pelatihan Manajemen Pemerintahan Desa Bagi Para Kepala Desa Adalah Kunci Penurunan Angka Stunting

  Penurunan angka stunting adalah salah satu tantangan kesehatan yang serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Stunting mengacu pada kondisi di mana seorang anak mengalami pertumbuhan fisik yang terhambat, biasanya akibat kekurangan gizi kronis dan nutrisi yang tidak memadai selama periode pertumbuhan awal mereka. Angka stunting yang tinggi dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada perkembangan fisik dan kognitif anak, serta pada produktivitas dan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pemerintah desa, khususnya peran kepala desa, memiliki peran penting dalam upaya penurunan angka stunting. Mereka adalah pemimpin lokal yang berada di garis depan dalam mengelola sumber daya dan program-program yang memengaruhi kesejahteraan anak-anak di wilayah desa mereka. Oleh karena itu, pelatihan manajemen pemerintahan desa menjadi kunci dalam upaya mengatasi masalah angka stunting. Ada beberapa alasan penting mengapa pelatihan manajemen pemerintahan desa menjadi kunci penur

Pentingnya Penggunaan Dana Desa Yang Tepat Dalam Penurunan Angka Stunting

Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah pusat melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk dikelola dan digunakan oleh desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Program ini dimulai pada tahun 2015 sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan di desa-desa di seluruh Indonesia. Dana Desa dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, seperti pembangunan infrastruktur desa (misalnya jalan, jembatan, sarana air bersih), peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan peningkatan kapasitas aparatur desa. Pengelolaan Dana Desa diatur oleh Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Setiap desa diharuskan untuk merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penggunaan Dana Desa secara transparan dan akuntabel. Rencana penggunaan Dana Desa harus disusun melalui musyawarah desa dan harus mencerminkan kebut