Spiritual Accountibility in everyday life, example and spirit of doing it (Spiritual Accountibility di kehidupan sehari-hari, teladan dan semangat melaksakannya)
Spiritual
accountability adalah konsep di mana seseorang bertanggung jawab atas hubungan
dan pertumbuhan rohaninya. Hal ini mencakup tanggung jawab untuk menjaga
hubungan dengan Tuhan, untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan rohani, dan
untuk mempraktikkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Spiritual accountability dapat dipraktikkan secara pribadi atau melalui
kelompok kecil atau komunitas yang saling memperkuat dan saling mendukung dalam
pertumbuhan rohani. Tujuan dari spiritual accountability adalah untuk membantu
seseorang mencapai keseimbangan dan keterhubungan dalam kehidupan rohani, serta
untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam
kehidupan sehari-hari.
Karma
adalah konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama Hindu dan agama Buddha
dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu,
siklus yang disebut “samsara”). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga
kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh dan Buddha. Dalam konsep “karma”,
semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan
sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk
masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau ‘buah’ dari tindakan
disebut karmaphala
Karma
dan spiritual accountability memiliki hubungan karena keduanya melibatkan
tanggung jawab atas tindakan dan akibatnya. Karma adalah konsep dalam beberapa
agama seperti Hinduisme dan Buddhisme yang mengatakan bahwa setiap tindakan
akan memiliki konsekuensi atau akibat, baik di kehidupan ini maupun di
kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, seseorang harus bertanggung jawab atas
tindakan mereka dan mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi.
Sementara
itu, spiritual accountability melibatkan tanggung jawab atas hubungan dengan
Tuhan dan pertumbuhan rohani. Ini berarti bahwa seseorang harus bertanggung
jawab atas tindakan mereka yang mempengaruhi hubungan mereka dengan Tuhan, dan
juga harus bertanggung jawab atas bagaimana mereka mempraktikkan nilai-nilai
spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
kedua konsep ini, seseorang harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan
akibatnya. Oleh karena itu, ada keterkaitan antara karma dan spiritual
accountability dalam hal tanggung jawab atas tindakan dan akibatnya.
Ada
sebuah kisah tentang seorang guru yang mengajarkan nilai-nilai spiritual kepada
murid-muridnya. Suatu hari, seorang murid bertanya kepada gurunya, "Guru,
apakah Tuhan akan mengampuni kesalahan kita jika kita meminta ampun?"
Guru
tersebut kemudian memberikan sebuah tugas pada muridnya. Dia memberikan
sepotong kain putih dan memberitahu muridnya untuk menggosok-gosok kain tersebut
di tanah sampai benar-benar bersih dan putih. Setelah itu, guru tersebut
memberikan sebuah botol tinta dan meminta muridnya untuk mencoret-coret kain
tersebut dengan tinta. Kemudian, guru tersebut meminta muridnya untuk
membersihkan kain tersebut kembali sampai benar-benar bersih dan putih.
Murid
tersebut merasa kesulitan untuk membersihkan kain tersebut karena coretan tinta
yang sulit dihilangkan. Namun, dia terus berusaha sampai akhirnya kain tersebut
benar-benar bersih dan putih seperti semula. Setelah selesai, guru tersebut
bertanya kepada muridnya, "Apakah kain tersebut kembali seperti
semula?"
Murid
tersebut menjawab, "Ya, guru. Kain tersebut kembali bersih dan putih
seperti semula."
Guru
tersebut kemudian menjelaskan, "Seperti kain tersebut yang dapat
dibersihkan dari coretan tinta, demikian juga kita dapat memohon ampunan atas
kesalahan kita dan memulai lagi dengan hati yang bersih dan tulus. Namun,
seperti kain tersebut yang harus bersusah payah dibersihkan dari coretan tinta,
demikian juga kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita dan memperbaiki
kesalahan kita dengan kerja keras dan ketulusan hati."
Dalam
kisah ini, guru tersebut menunjukkan bahwa spiritual accountability melibatkan
tanggung jawab atas tindakan kita dan hasilnya. Meskipun kita dapat memohon
ampunan atas kesalahan kita, kita juga harus bertanggung jawab atas tindakan
kita dan berusaha untuk memperbaikinya dengan kerja keras dan ketulusan hati.
Salah satu tokoh Indonesia yang dapat menjadi teladan spiritual accountability adalah Bung Karno atau Ir. Soekarno, yang juga dikenal sebagai Proklamator Kemerdekaan Indonesia dan Presiden Pertama RI.
Selama
hidupnya, Bung Karno selalu menunjukkan sikap tanggung jawab dan kepemimpinan
yang kuat dalam memimpin bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan kemajuan. Dia
juga selalu menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam kehidupan,
seperti kejujuran, keberanian, dan cinta tanah air.
Bung
Karno juga terkenal dengan pidatonya yang inspiratif dan penuh semangat, yang
menginspirasi banyak orang untuk bertindak dan berjuang demi masa depan yang
lebih baik. Dia juga memiliki visi yang jelas tentang arah perjuangan bangsa
Indonesia, dan selalu berusaha untuk memimpin dengan teladan dan integritas
yang tinggi.
Dalam
hal spiritual accountability, Bung Karno juga menunjukkan tanggung jawabnya
dalam mempertahankan hubungannya dengan Tuhan. Dia sering mengutip ayat-ayat
Al-Quran dan mengajak rakyatnya untuk memperdalam pemahaman agama dan
nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dalam
hal ini, Bung Karno dapat menjadi teladan spiritual accountability bagi banyak
orang, terutama para pemimpin dan tokoh masyarakat, untuk selalu bertanggung
jawab atas tindakan dan keputusan mereka, dan selalu memperkuat hubungan dengan
Tuhan dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Butch O'Hare adalah seorang penerbang Amerika Serikat yang terkenal pada masa Perang Dunia II. Ia dikenal sebagai pahlawan karena berhasil melakukan aksi heroik dalam pertempuran melawan pasukan Jepang di Samudra Pasifik. Selama bertugas, O'Hare menunjukkan komitmen yang tinggi terhadap tugasnya sebagai penerbang dan juga nilai-nilai spiritual yang diyakininya.
Salah
satu kisah terkenal yang terkait dengan spiritual accountability Butch O'Hare
adalah ketika ia terbang dengan pesawat tempur Grumman F4F Wildcat pada tahun
1942. Saat itu, O'Hare dan skuadronnya sedang dalam misi melindungi kapal induk
Amerika Serikat dari serangan pasukan Jepang. Namun, tiba-tiba O'Hare menyadari
bahwa senjata mesinnya tidak berfungsi dengan baik dan ia tidak dapat
menembakkan peluru.
Namun,
O'Hare tidak putus asa dan merasa bahwa ia harus tetap melakukan yang terbaik
untuk melindungi kapal induk dan rekan-rekannya. Ia mengambil keputusan untuk
melawan pasukan Jepang dengan cara yang tidak konvensional, yaitu dengan
menabrakan pesawatnya ke pesawat Jepang dan meledakkan dirinya bersama pesawat
Jepang tersebut.
Aksi
heroik Butch O'Hare tersebut berhasil menghentikan serangan pasukan Jepang dan
melindungi kapal induk serta skuadronnya. Aksi tersebut juga membuat O'Hare
meraih penghargaan Medal of Honor, penghargaan tertinggi bagi para prajurit
Amerika Serikat yang melakukan tindakan heroik dalam tugasnya.
Kisah
Butch O'Hare menunjukkan bagaimana nilai-nilai spiritual seperti keberanian,
ketekunan, dan komitmen dapat membantu seseorang dalam menjalankan tugasnya
dengan baik dan bertanggung jawab. Meskipun O'Hare harus mengorbankan nyawanya
dalam aksi heroik tersebut, ia tetap memilih untuk mengambil tindakan yang ia
anggap benar dan bertanggung jawab atas tugas yang diembannya. Hal ini
menunjukkan bagaimana spiritual accountability dapat memotivasi seseorang untuk
melakukan yang terbaik dan memberikan dampak positif bagi orang lain.
Beberapa
nilai-nilai teladan yang dapat kita ambil dari spiritual accountability adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung
jawab: Kita harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan kita, serta
mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi. Ini berarti bahwa kita harus
selalu berusaha untuk memperbaiki kesalahan kita dengan kerja keras dan
ketulusan hati.
2. Keterhubungan
dengan Tuhan: Spiritual accountability juga menekankan pentingnya hubungan kita
dengan Tuhan. Kita harus selalu berusaha untuk memperdalam pemahaman agama dan
nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya, serta memperkuat hubungan
kita dengan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita.
3. Integritas:
Spiritual accountability juga melibatkan integritas dan kejujuran dalam
tindakan dan keputusan kita. Kita harus selalu berusaha untuk bertindak dengan
jujur dan adil, serta mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan orang
lain.
4. Kepemimpinan:
Seperti yang ditunjukkan oleh Bung Karno, spiritual accountability juga
melibatkan kepemimpinan yang kuat dan teladan dalam memimpin orang lain menuju
tujuan yang baik. Kita harus selalu berusaha untuk menjadi pemimpin yang baik
dan menginspirasi orang lain dengan sikap dan tindakan kita.
5. Semangat dan optimisme: Spiritual
accountability juga melibatkan semangat dan optimisme dalam menghadapi
tantangan hidup. Kita harus selalu berusaha untuk tetap positif dan bersemangat
dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, serta tidak mudah menyerah dalam
menggapai cita-cita kita.
Berikut
adalah beberapa kunci sukses dalam melaksanakan nilai-nilai spiritual accountability
di era new normal dalam kehidupan dunia kerja:
1. Fleksibilitas:
Di era new normal, fleksibilitas dalam bekerja sangat diperlukan. Kita harus
dapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah, serta mampu
mengatasi tantangan dan kesulitan dengan cepat dan efektif.
2. Kolaborasi:
Kerja sama tim yang efektif merupakan kunci sukses dalam dunia kerja saat ini.
Kita harus dapat bekerja sama dengan rekan kerja dan menghargai kontribusi
mereka, serta saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.
3. Keterampilan
digital: Keterampilan digital sangat penting dalam era new normal, karena
banyak pekerjaan yang dilakukan secara daring atau online. Kita harus dapat
menggunakan teknologi dengan efektif dan mengembangkan keterampilan digital
yang diperlukan untuk bekerja.
4. Kreativitas:
Dalam era new normal, kreativitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi perubahan
dan tantangan. Kita harus dapat berpikir kreatif dalam mencari solusi dan
inovasi baru, serta menciptakan nilai tambah bagi perusahaan.
5. Etos
kerja: Etos kerja yang baik sangat penting dalam dunia kerja saat ini. Kita
harus dapat bekerja keras, disiplin, dan bertanggung jawab atas tugas dan
tanggung jawab kita, serta selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas kita.
Dengan
menerapkan nilai-nilai spiritual accountability di atas, kita dapat menjadi
pekerja yang sukses dan berkontribusi positif bagi perusahaan dan masyarakat.
Beberapa
contoh pengusaha sukses dengan spiritual accountability antara lain:
1. Hamdi
Ulukaya, pendiri dan CEO Chobani Yogurt. Ia mengimplementasikan nilai-nilai
spiritual seperti kejujuran, kepedulian, dan kerendahan hati dalam bisnisnya.
2. John
Mackey, pendiri dan CEO Whole Foods Market. Ia memadukan prinsip-prinsip
spiritual seperti kepedulian lingkungan, keadilan sosial, dan keseimbangan
dalam bisnisnya.
3. Blake
Mycoskie, pendiri TOMS Shoes. Ia menggunakan bisnisnya untuk mempromosikan
nilai-nilai spiritual seperti kepedulian dan memberikan kesempatan kepada orang
yang membutuhkan.
4. Anita
Roddick, pendiri The Body Shop. Ia memadukan misi sosial dan prinsip-prinsip
spiritual dalam bisnisnya, seperti kepedulian terhadap lingkungan dan keadilan
sosial.
Semua
pengusaha di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai spiritual dapat membantu
memperkuat bisnis mereka dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar.
Kesimpulan yang memberikan semangat untuk melaksanakan spiritual accountability adalah bahwa integrasi nilai-nilai spiritual dalam bisnis dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik, baik bagi perusahaan itu sendiri, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Hal ini terbukti dari kesuksesan beberapa pengusaha yang berhasil mengimplementasikan nilai-nilai spiritual dalam bisnisnya. Selain itu, spiritual accountability juga dapat memberikan arti dan tujuan yang lebih dalam dalam menjalankan bisnis, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan kita sebagai individu. Oleh karena itu, melaksanakan spiritual accountability bukan hanya membantu keberhasilan bisnis, tetapi juga memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Agus Putu Agung
References
1. Savitri, Tania.
Agar Hidup Lebih Bermakna, Asah Kecerdasan Spiritual Dalam Diri Anda. hello
sehat. [Online] Kementrian Kesehatan Reoublik Indonesia, Maret 4, 2021. https://hellosehat.com/mental/kecerdasan-spiritual/.
2. Karma. Wikipedia. [Online] Agustus 8, 2022.
https://id.wikipedia.org/wiki/Karma.
Komentar
Posting Komentar